Machu Picchu, situs warisan dunia UNESCO dan destinasi wisata utama di Peru, kembali ditutup sementara. Penutupan ini dilakukan oleh otoritas setempat dengan alasan keselamatan turis, menyusul ketegangan politik dan demonstrasi yang terus meningkat di negara tersebut.
Protes besar-besaran telah melanda berbagai wilayah di Peru sejak akhir 2022, dipicu oleh pemecatan mantan Presiden Pedro Castillo. Para demonstran menuntut pengunduran diri Presiden Dina Boluarte, pembubaran Kongres, dan percepatan pemilu baru. Situasi ini menjadi semakin parah di wilayah selatan Peru, termasuk kota Cusco, yang merupakan pintu gerbang utama menuju Machu Picchu.
Akibat protes, jalur transportasi menuju situs bersejarah ini terganggu parah. Jalur kereta api, yang merupakan sarana utama untuk mencapai lokasi, rusak dalam aksi demonstrasi. Hal ini menyulitkan ribuan wisatawan yang terjebak di area tersebut, beberapa di antaranya harus dievakuasi oleh pemerintah Peru.
Penutupan ini menjadi pukulan berat bagi sektor pariwisata Peru, yang baru mulai bangkit dari dampak pandemi COVID-19. Selain itu, bisnis lokal yang sangat bergantung pada kunjungan wisatawan ke Machu Picchu ikut terdampak secara ekonomi. Pemerintah Peru menyatakan bahwa keputusan ini diambil untuk menjamin keselamatan pengunjung, pekerja, dan masyarakat sekitar.
Machu Picchu, yang diakui sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Baru, telah menjadi simbol kebanggaan budaya Peru. Meskipun belum ada kepastian kapan situs ini akan dibuka kembali, pihak berwenang berkomitmen untuk memantau situasi secara saksama. Mereka berharap situs ini dapat kembali menerima wisatawan setelah kondisi dianggap aman.
Untuk saat ini, keselamatan tetap menjadi prioritas utama, sementara dunia menunggu kabar terbaru dari salah satu destinasi paling ikonik di dunia.
Leave a Reply